Gejala Psikosomatis Anak Saat Tidur
Dulu anak kami yang kedua Dimas, pada usia 2-3 Tahun sering Mengertakkan giginya pada saat tidur.
Akhirnya kami melakukan pengamatan setiap kali hal itu terjadi; dan bahkan pernah sempat satu ketika anak kami terbangun dari tidurnya tiba-tiba duduk sambil menangis.
Image : Popmama.com

Setiap itu terjadi paginya kami ajak komunikasi, lalu dia bercerita jika tadi malam itu ia mimpi; mimpinya bermacam-macam mulai dari marah atau takut setelah menyaksikan tayangan tertentu.

Dari hasil pengamatan kami ternyata hampir sebagian besar aktifitas dan proses interaksinya di siang hari terbawa kedalam perasaan pada saat tidur.

Kebanyakan anak balita masih belum bisa membedakan antara mimpi dan dunia nyata. Hingga seringkali mimpi seolah nyata dan diperlukan proses penjesan lembut untuk membedakan mana nyata dan mana kala ia sedang bermimpi.

Pada saat tidur malam anak mengalami penurunan gelombang dari Beta menuju Alpha (mengantuk) ke Tetha (tertidur) dan menuju Delta (tidur pulas), namun biasanya pada 1/2 malam tidurnya gelombang tersebut bergerak lagi ke Alpha dan Beta naik turun hingga ia mengalami mimpi yang di tandai dengan REM (Rapid Eye Movement) Bola mata yang bergerak-gerak saat tidur.

Pada saat inilah perasaan anak di ekspresikan, ada yang mengekspresikan dengan mengertakkan gigi, ada yang menangis ada juga yang mengigau, bahkan ada yang bangun dan berjalan.

Anak kami yang kedua rupanya mengalami tekanan mental pada saat usia Ego Sentris (Batita) ; karena ia belum bisa mengekspresikan keinginan secara baik dan kami belum tahu persis apa yang diinginkannya, Jadi masih sering terjadi salah paham diantara kami.

Fase-fase Ego Sentris atau usia balita adalah fase dimana anak-anak sedang belajar beradaptasi dengan lingkungan dan keinginan orang dewasa dengan keinginan dirinya sendiri. Sifat-sifat seperti agresif, melawan dan memaksa kerapkali muncul disini, sementara bagi orang tua yang kurang terlatih akan lebih sering memberi respon yg REPRESIF (kekerasan, bentakan dan cubitan). Ego Sentris berbalas dengan Ego Sentris orang tua yang tidak cair.

Padahal di fase ini yang dibutuhkan anak adalah memberikan pengertian dan menerapkan aturan main yang jelas hingga pada akhirnya ia paham aturan main dirumahnya. Dan bukan malah di kerasi dan di pukul.

Itulah sebabnya pada akhirnya kami berusaha melakukan dan menerapkan teknik-teknik untuk mencairkan FASE EGO SENTRIS ANAK INI, agar setelah lepas masa BALITANYA, orang tua dan anak sudah punya pemahaman yang sama tentang aturan main yang berlaku bersama dirumah kita.

Dan semua tekanik mencairkan fase Ego Sentris tanpa kekerasan itu telah kami tuliskan dalam buku yang berjudul AYAH EDY MENJAWAB. 100 persoalan tentang anak dan orang tua. Buku tersebut kami susun dari lebih kurang selama 4 tahun pengalam kami mencairkan fase Egosentris kedua anak kami dan kami sendiri sebagai orang tuanya yang dulu Egonya belum Cair.

Hanya menurut pengalaman kami yang jadi permasalahan besar adalah bahwa kita para orang tua (terutama yg tidak mau belajar) meskipun usianya sudah cukup dewasa tapi masih membawa prilaku-perilaku saat dia dulu berusia EGO SENTRIS atau Balita; Cepat Marah, Suka Membentak bahkan terkadang mencubit atau memukul, agresif, tidak mau kalah dan selalu merasa benar.

Itu yang kami sebut MASA EGO SENTRIS ORANG TUA YG BELUM CAIR. Kami juga termasuk mengalami masa-masa Ego Sentris yang belum Cair tsb, ya maklum karena mungkin orang tua kami dulu juga didik dengan cara yang sama yang tidak mencairkan fase EGO SENTERIS.

Jadi sebenarnya sambil mendidik anak, kita juga sedang memperbaiki diri sendiri dan mencairkan sifat-sifat BALITA kita yang dulu belum sempat di cairkan oleh orang tua kita atau oleh sekolah TK kita.

Dan yang penting di ingat adalah jika kita mau belajar melakukannya itu artinya kita telah memutus mata rantai pola asuh Ego Sentris yang turus temurun tidak cair.

Jika kita telah berhasil mencairkan Ego kita dan Fase Egosentris anak kita; Alhamdulillah Anak kami yang kedua (Dimas) tidak pernah lagi menggertakkan gigi saat tidur dan bahkan sering kali senyum-senyum di saat mimpi tidurnya.

Jika mendongengkan anak dan me lelo-lelo anak (cara Orang Jawa menyanyikan lagu tidur) belum bisa menyembuhkan anak yang mengertakkan gigi saat tidur, maka kemungkinan besar kita belum berhasil mencairkan Ego kita sendiri dan Ego anak kita di fase Egosenterinya.

Info dari : AYAH EDI parenting

YOUR REACTION?


You may also like

Facebook Conversations