Satu musim di Inter inilah yang tenyata berjalan sulit bagi Carlos.
Carlos dikenal sebagai bek sayap dengan daya gedor luar biasa. Dia memang gemar mencetak gol, bisa menyerang, tapi bukan berarti dia bisa jadi penyerang. Carlos tetaplah bek sayap, satu hal yang gagal dipahami Inter pada saat itu.
"Di Inter, mereka menempatkan saya di posisi penyerang sayap, bahkan sebagai striker," ujar Carlos suatu ketika.
"Penyebabnya adalah karena saya mencetak tujuh gol pada tujuh pertandingan pertama saya. Lalu mereka menempatkan saya di depan dan itu membuat saya benar-benar menderita."
"Saya sudah bicara kepada presiden [Massimo Moratti] untuk menjelaskan bahwa saya tidak bisa bermain di sana, sebab Copa America akan segera tiba dan jika ingin bermain, saya harus turun di posisi bek sayap," tambah pemilik 169 cm ini.
Uniknya hari itu Carlos juga bertemu dengan presiden Madrid kala itu, Lorenzo Sanz yang sedang berkunjung ke Italy. Madrid bertindak cerdas karena melihat kesulitan Carlos di Inter, dan bek mungil ini menyambutnya tanpa berpikir lama. Dia memutuskan pindah ke Madrid tanpa menyanyakan berapa gaji atau kontrak yang akan dia terima.
"Aneh dan sedikit lucu, hari itu ada pertemuan dengan Lorenzo Sanz, dalam 10 menit saya sudah bisa pergi untuk bergabung dengan Real Madrid, tanpa bertanya berapa gaji yang akan saya terima" sambung Carlos sambil terbahak.
"Saya menikmati hari demi hari di Madrid , pelatih memahami posisi alamiah saya di bek sayap, namun mereka juga tak keberatan ketika saya mengambil tendangan bebas atau maju menggempur area belakang lawan". Tutup Carlos.
Referensi : Fichajes & Marca