Tren Menggeser Libur Hari Besar Islam Sudah Ada Dari Zaman Belanda

Akhir-akhir ini kita kembali menyaksikan kemunculan trend menggeser libur hari besar Islam. Beberapa bulan lalu, libur tahun baru Hijriyah digeser. Bulan ini, libur Maulid juga digeser.

Menggeser libur hari besar Islam sebenarnya bukan gejala baru. Dahulu saat Belanda masih berkuasa di Nusantara, mereka mengubah libur pekanan dari Jumat ke Ahad. Serangkaian dengan mengubah nama Ahad menjadi minggu.

Libur hari raya sejatinya bukan sekedar hari piknik dan wisata. Libur adalah moment di mana seseorang bisa konsentrasi dan fokus pada apa yang diperingati dari hari besar tersebut.

Bagi umat Islam, Jum'at adalah hari ibadah. Libur hari Jum'at bukan semata untuk istirahat dari kesibukan bekerja. Tetapi untuk fokus pada Sholat Juma'at yang wajib bagi setiap lelaki muslim.

Dengan libur di hari Jum'at, lelaki muslim bisa mempersiapkan diri secara lebih khusyu menyambut ibadah wajib di hari yang istimewa itu.

Namun ketika libur dipindah ke hari lain, maka ibadah wajib Sholat Jum'at seolah hanya menjadi selingan di antara kesibukan bekerja.

Pemindahan libur Jumat ke Ahad, yang kemudian disebut minggu, adalah pemindahan dari satu hari besar ke hari besar lain. Semua tau, minggu adalah hari besar dan hari ibadah agama Kristen.

Mengapa di negeri mayoritas muslim ini, hari libur pekanannya harus dipindah ke hari ibadah agama minoritas? Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan; mengapa kaum minoritas itu berani mengancam untuk mengangkat senjata jika di dalam Piagam Jakarta masih ada kata Syari'at Islam sebagai dasar negara?

Hari ini, upaya geser menggeser libur hari besar Islam marak kembali. Kemaren libur tahun baru hijriyah, hari ini libur maulid, entah besok apa? Adakah jaminan bahwa hari libur Iedul Fitri dan Iedul Adha tidak digeser?

Seiringan dengan itu, kita tidak pernah menemui penggeseran hari libur 25 Desember menjadi 26. Atau 17 Agustus menjadi 18. Kalau ada yang usul untuk itu, pasti akan disebut intoleran, kadrun, radikal, anti nkri, dlsb.

Sementara mengubah libur hari besar Islam adalah sebuah kebijaksanaan yang wajib dimaklumi.

Oleh: Doni Riw